Header Ads

Header ADS

Kisah Nabi Ibrahim AS

kisah-nabi-ibrahim-as

Kisah Para Nabi - Nabi Ibrahim AS adalah seorang Nabi utusan Allah yang bergelar Khalilullah (Kesayangan Allah) sebagaimana yang tercantum dalam QS An Nisa:125, yang artinya "...dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang ia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya."

Nabi Ibrahim bersama dengan anaknya yang juga seorang Nabi, yaitu Ismail adalah para pendiri Baitullah. Ia diangkat menjadi seorang Nabi yang diutus kepada kaum Kaldan yang terletak di negeri Ur, atau yang sekarang dikenal sebagai Iraq. Ada banyak teladan dari Nabi Ibrahim yang hingga saat ini menjadi panutan umat Islam di dunia, diantaranya adalah ibadah haji dan penyembelihan hewan qurban pada hari raya Idul Adha yang merupakan bentuk perayaan untuk memperingati sikap berbakti Nabi Ibrahim kepada Allah SWT.

Bayi Ibrahim & Raja Namrudz

Namrudz adalah seorang raja yang memerintah kerajaan Babilonia pada tahun 2295 SM. Ia sangat dikenal karena keahliannya dalam berburu sehingga ia dijuluki sebagai "Pemburu yang Perkasa". Namun raja Namrudz juga dikenal sebagai seorang raja yang sangat bengis dan zalim. Hingga suatu ketika kerajaan itu mendapatkan kabar dari bintang-bintang yang memberi pertanda bahwa akan lahir seorang anak laki-laki perkasa dan kelak keturunannya akan memenuhi seisi bumi, dan salah seorang keturunannya akan membunuh Namrudz. Kabar ini sungguh telah membuat Namrudz ketakutan, sehingga ia memerintahkan agar bayi laki-laki itu dibunuh.

Dan pada saat yang hampir bersamaan, Azar (ayah Nabi Ibrahim) yang sedang berbahagia karena istrinya sedang mengandung, namun juga merasakan kekhawatiran yang mendalam atas keselamatan bayinya. Kala itu, Azar yang telah dinobatkan sebagai panglima kerajaan mendapat perintah dari raja Namrudz agar kelak ia menyerahkan bayinya itu. Azar pun bimbang, sehingga kedua putra Azar yaitu Nahor dan Haran turut memberikan pendapatnya atas persoalan ini. Haran yang merupakan seorang ahli Nujum meyakini bahwa belum ada pertanda buruk dari bintang-bintang jika Azar menyerahkan bayinya itu kepada Namrudz. Haran percaya bahwa akan ada keajaiban yang membuat anak itu akan tetap hidup. Sehingga Haran menyarankan agar ayahnya menyerahkan saja bayinya itu kepada Namrudz. Namun Nahor berpendapat lain. Ia memberi saran agar sang Ibu pergi meninggalkan Babilonia untuk sementara waktu sehingga sang ayah dapat menyerahkan bayi lain sebagai ganti bayinya. Azar menerima saran dari Nahor supaya ibunya pergi meninggalkan Babilonia.

Ketika menjelang hari persalinan, Azar telah menempatkan istrinya didalam suatu gua bersama dengan seorang ahli bersalin untuk mebantu proses persalinannya. Kemudian Azar mengambil seorang bayi dari seorang hambanya untuk diserahkan kepada Namrudz. Setelah Namrudz menerima bayi itu, kemudian ia menyembelih bayi itu dengan sangat keji. Namrudz pun berbahagia karena ia mengira ancaman terhadap kerajaannya telah lenyap. Sementara itu, istri Azar telah melahirkan bayinya dengan selamat didalam gua, kemudian ia menamai bayi itu dengan nama Ibrahim. Ia merawatnya bersama seorang bidan yang membantu persalinannya. Mereka berada didalam gua tersebut hingga beberapa waktu untuk menghindari kebengisan raja Namrudz. Namun setelah beberapa lama, ibu kandung Ibrahim besama bidannya harus beranjak pergi dan meninggalkan Ibrahim sendiri di dalam gua dengan sangat berat hati. Sang ibu pun menangis seraya mendoakan Ibrahim "Semoga Sang Pelindung selalu menyertaimu, wahai anakku...". Doa sang ibu akhirnya dikabulkan oleh Allah, dan Allah kemudian mengutus malaikat Jibril untuk merawat Ibrahim.

Sang kakak Ibrahim, Haran, masih percaya dengan pertanda langit bahwa adiknya masih hidup dan selamat. Kemudian Haran mendatangi gua itu untuk menjemput Ibrahim. Haran pun takjub setelah mendapati Ibrahim telah menjadi seorang anak laki-laki yang telah mampu berbicara. Haran mengajak Ibrahim pulang ke negeri Babilonia. Setelah sampai di rumah, sang ayah tidak percaya bahwa ia adalah bayi yang telah ditinggalkannya di dalam gua. Ia merasa heran dan takjub kepada Ibrahim yang dapat bertahan hidup sendiri didalam gua. Dan untuk menghindari kecurigaan Namrudz, Ibrahim diasuh di rumah Haran yang berada diluar wilayah Babilonia. Disana Ibrahim dibesarkan bersama dengan anak-anak Haran yaitu Luth, Sarah dan Milka.

Mencari Tuhan

Ketika Ibrahim beranjak dewasa, ia merasa kehilangan sosok yang dahulu telah memberi makan dan merawatnya dalam kesendirian di dalam gua. Terlebih dilingkungannya waktu itu ia mendapati banyak orang-orang yang menyembah berhala. Namun Ibrahim kokoh dengan pendiriannya dan tak mau ikut-ikutan menganggap berhala sebagai Tuhan atau Dewa. Hal ini mendorong Ibrahim untuk mencari Tuhan yang sesungguhnya. Maka Ibrahim yang sedang mencari Tuhan ini menemui Nabi Nuh dan tinggal bersamanya untuk sementara waktu. Beberapa waktu kemudian Ibrahim memutuskan untuk pergi dengan membawa Ilmu dan risalah berharga yang diperolehnya dari Nabi Nuh. Ia kembali kerumah ayahnya, Azar. Seperti biasa, Ia sering menemui ayahnya membuat patung-patung berhala dan meletakkan aneka makanan di depan patung-patung tersebut sehingga menyebabkan Ibrahim bertanya-tanya tentang perilaku sang ayah.

Kemudian Ibrahim bertanya kepada sang ayah, dan Ia mendapatkan jawaban bahwa perilaku itu merupakan tradisi leluhur mereka. Ibrahim kurang puas dengan jawaban ayahnya dan mempertanyakan kembali tentang tradisi tersebut namun ayahnya tidak memberinya jawaban. Patung-patung tersebut merupakan simbol perwujudan dari sembahan-sembahan mereka yang dianggap berada di bumi maupun di langit. Nahor pun mengatakan pada Ibrahim bahwa di langit ada berbagai sembahan, namun Ibrahim tidak serta merta menerima ucapan ini. Ibrahim merasa harus membuktikannya dahulu. Ibrahim menyadari bahwa segala yang ada di alam semesta ini, yang mengendalikan bulan, matahari, bintang, yang menjadikan siang dan malam, yang menciptakan segala yang ada di bumi dan di langit adalah Tuhan sesungguhnya yang sedang Ia cari. Inilah daya logika yang dikaruniakan Allah kepada Ibrahim sehingga Ia menolak ajaran penyembahan patung/berhala yang dipercayai kaumnya saat itu.

Seruan Meninggalkan Berhala

Nabi Ibrahim AS adalah salah satu nabi yang bergelar Ulul Azmi diantara 5 nabi pilihan Allah. Gelar ini hanya diberikan oleh Allah khusus untuk nabi pilihan yang memiliki ketabahan yang luar biasa. Nabi-nabi yang memiliki gelar Ulul Azmi yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad.

Baca juga: Kisah Nabi Nuh AS

Begitu banyak ujian-ujian berat yang diberikan oleh Allah kepada para nabi Ulul Azmi itu, yang tentunya ujian itu diatas kemampuan manusia biasa. Namun mereka tetap sabar dalam menghadapi segala ujian berat yang ditimpakan pada mereka. Salah satunya adalah Nabi Ibrahim yang tetap menunjukkan pribadinya sebagai seorang hamba yang bertakwa dan menepati janjinya, serta selalu menunjukkan akhlak yang terpuji.

Sebagai awal perjuangan Nabi Ibrahim, sebelum Ia berdakwah kepada orang lain, Ia terlebih dahulu menyadarkan Azar, ayah kandungnya yang dikala itu masih dalam kesesatan. Nabi Ibrahim mengingatkan ayahnya bahwa perilaku membuat dan menyembah berhala merupakan perbuatan sesat yang setara dengan kemusyrikan.

Dengan sikap yang sopan, beradab, lemah lembut serta dengan ucapan yang halus, Nabi Ibrahim menyampaikan kepada sang ayah bahwa Allah telah mengilhamkan ilmu dan risalah kepadanya serta telah mengutus Ia sebagai nabi dan rasul. Nabi Ibrahim mulai berbicara kepada sang ayah, dan bertanya tentang apa yang menjadi penyebab para penduduk menyembah berhala, walaupun berhala-berhala tersebut tidak dapat mengaruniakan nasib baik dan tidak pula mencegah nasib buruk bagi para penyembahnya. Nabi Ibrahim mengatakan kepada ayahnya bahwa penyembahan berhala semata-mata merupakan ajaran setan yang menjadi musuh yang nyata bagi umat manusia sejak Adam diturunkan ke bumi. Nabi Ibrahim mengajak sang ayah supaya merenungkan dan memikirkan nasihat dan seruan untuk tidak mendewakan berhala lagi, agar sang ayah terhindar dari kesesatan dengan menyembah Allah yang telah menciptakan umat manusia beserta segala yang ada di bumi dan di langit, serta yang telah mengaruniakan kepada mereka rizki dan kenikmatan hidup.

Sewaktu Ia masih mendapati sang ayah yang tetap tidak mau meninggalkan penyembahan patung berhala yang terbuat dari kayu itu, Ia merasa sedih. Ia pun berusaha mengingatkan ayahnya secara berulang-ulang. Dan Ibrahim berkata, "Sekiranya kayu memang sesembahan, bukankah api dapat menghanguskan kayu? Sekalipun api dianggap sebagai sesembahan, maka air dapat memadamkan dan melenyapkan api. Meskipun air dianggap sebagai sesembahan, maka air akan lenyap diserap oleh tanah. Sekalipun tanah dianggap sebagai sesembahan, maka matahari mengeringkan tanah dan menjadikannya tandus. Sekalipun matahari bersinar terang, tidaklah itu patut dianggap sebagai sesembahan sebab matahari akan kehilangan cahayanya karena tertutup awan yang bergumpal-gumpal dan juga lenyap dalam kegelapan malam lalu tergantikan sinar bulan dan bintang-bintang. Awan-awan ataupun malam tidaklah patut dianggap sebagai sesembahan, apakah sesembahan akan hadir pada waktu tertentu dan hilang pada waktu tertentu pula? Sedangkan manusia beserta segala makhluk hidup dibumi selalu hidup dan hadir disetiap waktu. Bukankah Yang telah Menciptakan langit dan bumi beserta segala hal yang berada antara keduanya merupakan Tuhan yang sesungguhnya? kiranya kamu mau merenungkan."

Kemudia Ibrahim pun berseru kepada kaumnya: "Apapun yang kalian sembah itu adalah segala yang kubenci selain Tuhannya alam semesta, Dialah yang menciptakan diriku dan membimbing diriku. Sebab Dialah yang menciptakan sesuatu berdasar Tujuan-Nya dan Kehendak-Nya, Dialah yang menghadirkan kebenaran kepadaku melalui pendengaranku, sebab semula aku hanya ciptaan yang bahkan tidak mengenali diri sendiri, Dialah yang menampakkan cahaya yang menerangi supaya aku mengetahui jalan yang harus kutempuh karena aku hanyalah ciptaan yang tersesat di antara bumi-Nya dan langit-Nya, Dialah yang selalu hadir untukku sebab Dialah yang menyediakan segala hal untuk kumakan dan kuminum, Dialah yang menghidupkan orang yang mati untuk Dia dan yang mematikan orang yang hidup tanpa Dia. Aku sendiri tidak mengetahui untuk apa aku dihidupkan maka tiada tugas bagiku di dunia selain melaksanakan apapun yang diperintahkan oleh Sang Pencipta yang menghidupkan diriku, dan aku pun bersedia mati, sekiranya Dia pula yang menghendaki hal tersebut. Lalu patutkah aku bersujud memuja benda-benda yang kalian serukan itu daripada menyembah Tuhan yang menghidupkan seluruh makhluk di bumi?"

Ibrahim berusaha menyadarkan kaumnya dengan seruannya itu, namun mereka mengabaikan seruan Nabi Ibrahim. Bahkan mereka tetap meneruskan budaya leluhurnya mereka dengan menyembah berhala-berhala itu.

Seruan Ibrahim telah tersebar ke berbagai negeri hingga terdengar oleh Namrudz. Namrudz kemudian memerintahkan seluruh rakyatnya untuk mendirikan sebuah tugu menjulang tinggi di Babilonia sebagai tempat berhala khusus dan mengajak rakyatnya bersatu sebagai kaum penyembah berhala dan menganggap ibadah lain sebagai ibadah yang menyimpang. Kemudian Ibrahim datang dengan tanpa rasa takut untuk menghancurkan berhala-berhala tersebut, dan menyisakan satu berhala yang paling besar yang dianggap sebagai sesembahan paling hebat bagi kaumnya. Kemudian Ibrahim ditangkap untuk dihakimi. Mereka bertanya, "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap sembahan-sembahan kami, wahai Ibrahim?" Ia menjawab: "Sebenarnya patung terbesar itulah yang melakukan hal ini, cobalah tanyakan kepada benda itu jika memang dapat berbicara." mereka pun mulai tersadar, lalu Ia mengatakan, "Sesungguhnya kalian memang orang-orang yang zalim" lalu dengan kepala tertunduk, mereka berkata, "Sesungguhnya kamu telah menyadari bahwa berhala-berhala itu memang tidak dapat berbicara." Ia berkata, "Lalu mengapa kalian menyembah kepada yang selain Allah, kalian menyembah berbagai sembahan yang tidak sedikit pun dapat mengaruniakan manfaat, tidak pula menimpakan nasib buruk untuk kalian? sekiranya kalian tidak menghentikan tindakan semacam ini, tentulah Tuhanku kelak membakar kalian di Neraka."

Dibakar Hidup-Hidup

Mendengar ucapan Ibrahim bahwa seluruh penyembah berhala akan dibakar di api neraka, mereka justru menganggap ucapan itu sebagai ancaman bahwa Ia hendak membakar mereka sebagai hukuman karena telah menyembah berhala. Sehingga sebagai hukumannya, mereka beramai-ramai hendak membunuh dan membakar Ibrahim. Mereka telah mengumpulkan kayu bakar dan membuat perapian besar, kemudian Namrudz dengan angkuhnya berseru, "Hal ini akan menjadi bukti, siapa raja dan dewa di muka bumi ini, serta siapa yang manusia biasa, kalian akan menyaksikan pada hari ini bahwa orang itu dilenyapkan di perapian akibat berani menyatakan bahwa kelak Tuhannya membakar kaum kita. Maka biarlah Tuhannya yang menyelamatkan orang itu, sementara akulah dewa yang menyelamatkan kalian, bukan orang itu!"

Terdapat banyak orang dari berbagai negeri yang hadir untuk menyaksikan peristiwa ini. Dan sebagian besar dari mereka percaya kepada Namrudz. Di tengah-tengah kerumunan, terdapat kakak Ibrahim, Haran, yang turut dihadirkan karena selama ini telah menyembunyikan Ibrahim dan tidak menyerahkannya kepada Namrudz. Ketika Haran ditanya mengapa ia tidak menuruti perintah Namrudz, ia menjawab, "Bukankah aku pernah mengatakan bahwa apapun yang kalian lakukan, kalian takkan bisa mengubah segala yang tertulis di langit, sebab kalian sendiri tidak sanggup mengubah langit dan bukanlah kalian yang berkuasa di langit maupun di bumi" kemudian mereka menjawab, "Memang ucapan itu terbukti sampai saat ini, namun lihatlah setelah Ibrahim jatuh ke perapian itu, apakah ucapanmu itu masih tetap berlaku" mereka pun bertanya, "Apakah kamu percaya kepada Tuhannya Ibrahim?" Haran merasakan keraguan dalam benaknya, sebab di malam sebelumnya ia mendapati pertanda di langit bahwa akan ada orang yang terbakar hebat oleh perapian, sehingga Haran menganggap bahwa adiknya takkan selamat dari perapian. Sehingga Haran menjawab, "Seandainya Ibrahim tidak selamat dari perapian tentulah aku akan pergi dan meninggalkan kalian sejauh mungkin bersama aib ini. Akan tetapi jika melalui keajaiban dahsyat sehingga Ibrahim berhasil selamat maka aku akan datang dan memeluknya."

Ketika Ibrahim hendak dilempar ke perapian, sesosok malaikat hadir untuk menawarkan pembebasan kepada Ibrahim agar Ia dapat melarikan diri menghadapi hukuman tersebut, namun Ibrahim berkata, "Cukuplah Yang Maha Melindungi yang memberi keselamatan kepada diriku, sebab selama ini Dialah yang melindungi nyawaku terhadap Maut bahwasanya segala penyelamatan hanya berasal dari Dia. Sekalipun aku harus mati, maka aku bersedia jika hal itu yang Dia kehendaki pada diriku." lalu malaikat tersebut beranjak pergi.

Allah beserta para malaikat turut bersaksi atas peristiwa itu. Ketika Ibrahim mulai diterjunkan keperapian, seketika Allah berfirman kepada api agar menjadi keselamatan bagi Ibrahim. Dan seketika api menjadi hangat bagi Ibrahim dan tidak sedikitpun membakarnya.

Mendapati Ibrahim yang tidak terbakar ditengah api yang membara tersebut, seketika Haran bergegas mendekat untuk memeluknya. Akan tetapi Haran akhirnya mati karena terbakar oleh kobaran api tersebut. Dan orang-orang yang menyaksikan hal itu pun takjub kepada Ibrahim. Namun meskipun mereka sebenarnya telah mengakui kebenaran ajaran yang disampaikan oleh Ibrahim didalam hati mereka, namun mereka masih berkeras untuk tidak menerima ajaran Ibrahim disebabkan oleh kedengkian serta tidak mau menanggung malu. Setelah itu, Ibrahim mengatakan kepada orang-orang tersebut, "Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah, hanyalah didasari rasa tentram dan kasih sayang bagi kalian sendiri dalam kehidupan dunia ini. Kelak pada Hari Kiamat, sebagian kalian mengingkari sebagian lain dan sebagian kalian mengutuk sebagian lain, dan tempat kembali kalian memang Neraka dan takkan ada satupun yang membela kalian."

Perdebatan Dengan Namrudz

Setelah memahami bahwa Allah telah menyelamatkan Ibrahim sewaktu peristiwa pembakaran tersebut, Namrudz beserta para pengikutnya merasa dipermalukan serta merasa takut bahwa akan ada lebih banyak orang yang percaya kepada Ibrahim dibanding kepada kerajaannya. Dikarenakan Namrudz telah mendakwakan diri secara angkuh sebagai raja dan dewa atas umat manusia di muka bumi, maka Namrudz enggan mengakui mu'jizat Ilahi pada diri Ibrahim. Kemudian Namrudz berupaya mengalahkan Ibrahim dengan memberi pertanyaan sebagai tantangan, “Kami sadari bahwa kamu memang tetap hidup dari tengah-tengah perapian tetapi kamu tidak menghadirkan sembahanmu di hadapan kami, maka kami takkan percaya kepadamu” Ibrahim mengatakan, "Tuhankulah yang menghidupkan maupun yang mematikan siapa yang Dia kehendaki, sebab Dialah Yang Maha Kuasa atas segala hal yang berada di langit maupun di bumi." Seketika Namrudz memanggil dua orang budak lalu Namrudz membunuh salah seorang budak serta membiarkan seorang yang lain tetap hidup, Namrudz semakin menyombongkan diri, "Aku pun memiliki kuasa di bumi terhadap orang-orang itu sebab akulah raja, dan aku pun dewa yang sanggup menghidupkan maupun mematikan. Maka aku bertaruh dengan seluruh budak yang kumiliki bahwa kamu takkan bisa menunjukkan bukti-bukti tentang Tuhanmu itu kepada diriku" Ibrahim berkata, "Sekalipun kamu memberi seisi bumi kepadaku, ketahuilah bahwa segala yang ada di bumi beserta yang ada di langit adalah milik Allah. Maka lihatlah ke arah matahari yang terbit itu, sesungguhnya Allah adalah yang menerbitkan matahari dari arah timur, jika memang terdapat kuasa pada dirimu terhadap matahari maka terbitkanlah matahari dari arah barat," seketika Namrudz tertegun dan menjadi bisu di hadapan Ibrahim, lalu banyak orang yang meninggalkan dan memisahkan diri dari kepemimpinan Namrudz sehingga orang-orang tersebut mendirikan kekuasaan mereka sendiri.

Kemudian Nabi Ibrahim meninggalkan Babilonia bersama dengan banyak pengikutnya. Kedua anak perempuan Haran masing-masing dijadikan istri untuk dua saudaranya, Ibrahim dan Nahor. Sedangkan anak laki-laki Haran, Luth, memilih ikut bersama Ibrahim dikarenakan Luth juga telah memiliki keimanan terhadap ajaran Ibrahim. Ibrahim sempat mengajak ayah kandungnya supaya meninggalkan penyembahan berhala dan ikut bersamanya untuk beriman kepada Allah. Namun, sang ayah telah merasa lelah terhadap seruan-seruan semacam ini, kemudian menghendaki Ibrahim pergi meninggalkannya untuk waktu yang lama. Meskipun demikian, Ibrahim masih sempat berdoa memohonkan pengampunan untuk ayahnya sebagai janji dan wujud anak yang berbakti terhadap orang tua. Akan tetapi Allah menyadarkan nabi Ibrahim supaya tidak lagi memohonkan ampunan untuk ayahnya, sebab ayahnya merupakan orang yang menolak serta memusuhi penyembahan kepada Allah.

Raja Namrudz Tewas Karena Seekor Nyamuk

Namrudz sangat marah kepada Ibrahim dan menganggap Ibrahim sebagai musuh yang harus dihancurkan. Dia berkata kepada Ibrahim, "Hai Ibrahim, aku hendak menantang Tuhanmu. Buktikan jika Dia bisa mengalahkanku." Ibrahim pun terkejut dengan ucapan Namrudz, dan Ia khawatir jika azab Allah menimpa seluruh Babilonia atas ucapan Namrudz tersebut. Setelah beberapa hari kemudian, Namrudz mengumpulkan bala tentaranya dan dengan sombongnya ia berseru kepada Ibrahim, "Suruh Tuhanmu dan tentaranya melawan aku dan pasukanku."

Pada saat itu tiba-tiba dilangit nampak awan hitam yang datang mendekat. Setelah semakin dekat, mereka baru menyadari bahwa itu bukanlah awan, melainkan kawanan nyamuk yang datang menyerbu. Ribuan nyamuk itu kemudian menyerang Namrudz beserta bala tentaranya, dan mereka pun akhirnya menjadi tidak berdaya hanya karena melawan gerombolan makhluk kecil itu.

Hal ini membuat Namrudz beserta bala tentaranya lari tunggang langgang untuk menghindari serangan nyamuk tersebut. Namun ada seekor nyamuk yang berhasil mengejar raja Namrudz, dan nyamuk itu masuk kedalam hidung raja Namrudz dan menggigitnya. Dan Namrudz pun berteriak keras karena kesakitan akibat gigitan nyamuk tersebut. Ia tersiksa oleh gigitan seekor nyamuk didalam hidungnya tersebut, hingga akhirnya Ia pun mati hanya karena seekor makhuk kecil yang tak berdaya (nyamuk). Dan hal ini sangat jauh dari kesombongan-kesombongan yang selalu terlontar dari mulut besarnya.

Ibadah Qurban

Ketika seorang putra Ibrahim, Ismail telah beranjak dewasa, lagi-lagi Allah hendak menguji kesetiaan Ibrahim terhadap perintah-perintah-Nya melalui sebuah mimpi tentang penyembelihan anak. Keimanan Ibrahim, yang telah berhasil menghadapi ujian-ujian sebelumnya, sama sekali tidak berubah sewaktu menerima perintah ini. Ibrahim mengajak Ismail berangkat untuk melaksanakan perintah Allah, ia tidak sedikitpun mengeluh ataupun memohon keringanan dari Allah tentang perintah ini melainkan ia melaksanakan sebagaimana yang Allah perintahkan. Ketika Ibrahim membaringkan putranya untuk melaksanakan perintah Allah, terlebih dahulu ia meminta tanggapan dan persetujuan dari sang putra. Ibrahim berkata, "Wahai putraku, sesungguhnya aku melihat dalam sebuah mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka sampaikanlah apa pendapatmu!" Ismail menjawab, "Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu dengan perkenan Allah, kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

Tatkala putranya telah merelakan diri serta Ibrahim telah bersiap mengulurkan tangan untuk menyembelih putranya, seketika Allah memanggil Ibrahim supaya menahan tangannya, sebab tindakan ini membuktikan bahwa Ibrahim bersedia melaksanakan apapun untuk Allah, juga membuktikan wujud seorang hamba yang berbakti serta seorang sosok yang terpercaya bagi Allah. Kemudian Ibrahim mendapati seekor sembelihan besar sebagai kurban pengganti putranya.

No comments

Powered by Blogger.