Kisah Nabi Hud AS
Kisah Para Nabi - Nabi Nuh bersama kaumnya yang berada di atas kapal selamat dari air bah yang membinasakan kaum kafir. Setelah kapal terdampar, kemudian mereka semua keluar dari kapal dan melanjutkan kehidupan masing-masing dengan damai. Di antara mereka yang selamat ini terdapat suatu kaum yang bernama kaum 'Aad yang nasabnya berasal dari Sam bin Nuh.
Mereka (kaum 'Aad) ini kemudian melakukan perjalanan hingga sampai ke suatu daerah yang bernama Al-Ahqaf, yang terletak di antara Umman dan Hadramaut di Yaman. Di Al-Ahqaf ini kemudian kaum 'Aad membangun peradaban dan kebuayaan mereka. Dan saat itu mereka membangun bangunan-bangunan tinggi di Iram, Ibukota kaum 'Aad.
Kaum 'Aad dikenal cukup maju dalam membangun peradaban mereka. Pada masa itu, belum pernah ada kota-kota yang dibangun dengan megah seperti yang telah dilakukan kaum 'Aad. Mereka mampu membuat bangunan-bangunan tinggi dengan tiang-tiang penyangga yang kuat. Selain itu, Al-Ahqaf merupakan tempat yang subur sehingga memudahkan untuk mengelola pertanian. Dan kaum 'Aad pun memanfaatkannya untuk daerah pertanian. Curah hujan ditempat ini pun cukup tinggi sehingga tumbuhan-tumbuhan yang mereka tanam bisa tumbuh dengan subur. Dengan hasil bumi yang melimpah ini akhirnya kaum 'Aad bisa hidup dengan penuh kemakmuran dan kemewahan. Namun bukannya bersyukur, hal itu justru membuat mereka menjadi semakin angkuh.
Mereka berkata, "Siapakah yang kekuatannya lebih besar dari kami?"
Setan telah berhasil menyesatkan mereka. Kaum 'Aad mulai menyembah patung berhala, dan mereka telah lupa akan dahsyatnya air bah yang pernah melanda mereka namun diselamatkan oleh Nabi Nuh dikala itu. Lama-kelamaan mereka juga akhirnya kembali berbuat zalim dan kejahatan dimana-mana. Al Quran telah menggambarkan tentang kondisi kaum 'Aad pada saat itu pada surah Asy-Syu'ara ayat 130.
"Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang yang kejam dan bengis.", (QS Asy-Syu'ara: 130).
Kaum 'Aad pada saat itu benar-benar telah kembali pada kesesatan yang nyata. Dan mereka tidak lagi menyembah Allah SWT, melainkan mereka kembali menyembah berhala.
Dihadapan kaum 'Aad Nabi Hud berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah. Sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Allah. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?".
Kemudian para pemuka kaum 'Aad menjawab, "Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan yang kurang akal, dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.".
Meskipun dikatakan gila dan pendusta, Nabi Hud tetap berdakwah. Kemudian nabi Hud berkata kepada mereka, "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun. Tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu, dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.", (QS Al-A'raf: 67-68).
Kaum 'Aad tetap menolak seruan Nabi Hud. Bahkan dengan beraninya mereka menantang agar diturunkan azab jika seruan Nabi Hud benar. Dengan lantangnya mereka menjawab, "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar".
Begitulah kehidupan bermegah-megahan dengan segenap kemakmuran dan kemewahan dunia telah membuat kaum 'Aad menjadi sombong, angkuh dan lupa diri. Sehingga mereka tidak memperdulikan apapun yang disampaikan oleh Nabi Hud sebagai utusan Allah kepada mereka. Dan sangat sedikit dari mereka yang mau mengikuti ajaran Nabi Hud.
Nabi Hud berkata, "Allah telah memberikan kelebihan, kekuasaan dan kekuatan kepada kalian. Allah memberikan semua itu agar kamu beriman dan bersyukur".
Kebimbangan meliputi perasaan kaum 'Aad. Mereka merasa ada kebenaran dalam dakwah yang disampaikan Nabi Hud. Namun disamping itu mereka tidak dapat menghentikan penyembahan berhala sebagai tuhan-tuhan mereka.
Kemudian mereka berkata, "Wahai Hud! Kami tahu tuhan kami telah menimpakan penyakit gila kepadamu. Sesungguhnya engkau adalah seorang pendusta".
Nabi Hud kemudian menyangkal perkataan mereka, "Wahai kaumku! Aku bukanlah orang gila. Aku adalah Rasul Allah, Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat Tuhanku. Apakah kamu tidak percaya dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki diantaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kaum sekalian diwaktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (dari pada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah itu supaya kamu mendapatkan keberuntungan".
Kemudian kaum 'Aad berkata, "Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar", (QS Al-A'raf: 69-70).
Demikianlah sebagian perbincangan antara Nabi Hud dengan kaum 'Aad yang tetap mendapatkan penolakan dari kaum 'Aad meskipun Nabi Hud telah memberikan penjelasan tentang bukti-bukti kekuasaan Allah SWT.
Setelah gumpalan-gumpalan hitam itu semakin mendekat, akhirnya mereka mulai menyadari bahwa itu bukanlah awan mendung. Dengan tiba-tiba angin kencang menggulung kaum 'Aad sehingga banyak diantara mereka yang terlempar ke udara hingga seluruhnya binasa. Hanya Nabi Hud dan para pengikutnya saja yang selamat. Kisah ini pun diabadikan dalam beberapa surah Al Quran, yaitu:
"Dan juga pada (kisah) 'Aad ketika kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan satu pun yang dilaluinya, melainkan dijadikannya seperti serbuk", (QS Adz-Dzariyat: 41-42).
"Sesungguhnya kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus, yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pohon kurma yang tumbang", (QS Al-Qamar:19-20).
"Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus, maka kamu lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal diantara mereka", (QS Al-Haaqqah: 6-8).
Mereka (kaum 'Aad) ini kemudian melakukan perjalanan hingga sampai ke suatu daerah yang bernama Al-Ahqaf, yang terletak di antara Umman dan Hadramaut di Yaman. Di Al-Ahqaf ini kemudian kaum 'Aad membangun peradaban dan kebuayaan mereka. Dan saat itu mereka membangun bangunan-bangunan tinggi di Iram, Ibukota kaum 'Aad.
Kaum 'Aad dikenal cukup maju dalam membangun peradaban mereka. Pada masa itu, belum pernah ada kota-kota yang dibangun dengan megah seperti yang telah dilakukan kaum 'Aad. Mereka mampu membuat bangunan-bangunan tinggi dengan tiang-tiang penyangga yang kuat. Selain itu, Al-Ahqaf merupakan tempat yang subur sehingga memudahkan untuk mengelola pertanian. Dan kaum 'Aad pun memanfaatkannya untuk daerah pertanian. Curah hujan ditempat ini pun cukup tinggi sehingga tumbuhan-tumbuhan yang mereka tanam bisa tumbuh dengan subur. Dengan hasil bumi yang melimpah ini akhirnya kaum 'Aad bisa hidup dengan penuh kemakmuran dan kemewahan. Namun bukannya bersyukur, hal itu justru membuat mereka menjadi semakin angkuh.
Mereka berkata, "Siapakah yang kekuatannya lebih besar dari kami?"
Setan telah berhasil menyesatkan mereka. Kaum 'Aad mulai menyembah patung berhala, dan mereka telah lupa akan dahsyatnya air bah yang pernah melanda mereka namun diselamatkan oleh Nabi Nuh dikala itu. Lama-kelamaan mereka juga akhirnya kembali berbuat zalim dan kejahatan dimana-mana. Al Quran telah menggambarkan tentang kondisi kaum 'Aad pada saat itu pada surah Asy-Syu'ara ayat 130.
"Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang yang kejam dan bengis.", (QS Asy-Syu'ara: 130).
Kaum 'Aad pada saat itu benar-benar telah kembali pada kesesatan yang nyata. Dan mereka tidak lagi menyembah Allah SWT, melainkan mereka kembali menyembah berhala.
Nabi Hud Diutus Untuk Berdakwah Kepada Kaum 'Aad
Karena kaum 'Aad telah berada kepada kesesatan yang nyata, maka diutuslah Nabi Hud oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada kaum 'Aad. Ia mengajak kaum 'Aad agar kembali menyembah Allah SWT dan menghentikan kezaliman mereka.Dihadapan kaum 'Aad Nabi Hud berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah. Sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Allah. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?".
Kemudian para pemuka kaum 'Aad menjawab, "Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan yang kurang akal, dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.".
Meskipun dikatakan gila dan pendusta, Nabi Hud tetap berdakwah. Kemudian nabi Hud berkata kepada mereka, "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun. Tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu, dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.", (QS Al-A'raf: 67-68).
Kaum 'Aad tetap menolak seruan Nabi Hud. Bahkan dengan beraninya mereka menantang agar diturunkan azab jika seruan Nabi Hud benar. Dengan lantangnya mereka menjawab, "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar".
Begitulah kehidupan bermegah-megahan dengan segenap kemakmuran dan kemewahan dunia telah membuat kaum 'Aad menjadi sombong, angkuh dan lupa diri. Sehingga mereka tidak memperdulikan apapun yang disampaikan oleh Nabi Hud sebagai utusan Allah kepada mereka. Dan sangat sedikit dari mereka yang mau mengikuti ajaran Nabi Hud.
Baca juga: Kisah Nabi Nuh AS
Perbincangan Nabi Hud AS dengan Kaumnya
Salah satu cara berdakwah Nabi Hud dalam menyampaikan ajarannya adalah dengan cara berdialog. Ia berdialog dengan kaum 'Aad tentang kenikmatan yang telah Allah berikan kepada mereka. Nabi Hud mengatakan bahwa seharusnya kaum 'Aad mau menerima ajarannya sebagai peringatan dari Allah SWT. Ia juga mengingatkan kepada mereka tentang kaum Nabi Nuh yang ingkar sehingga Allah membinasaknnya dengan air bah yang sangat dahsyat. Mereka (kaum Nabi Nuh yang ingkar) ditimpa azab karena tidak mau memperdulikan peringatan dari Allah yang disampaikan melalui Nabi Nuh.Nabi Hud berkata, "Allah telah memberikan kelebihan, kekuasaan dan kekuatan kepada kalian. Allah memberikan semua itu agar kamu beriman dan bersyukur".
Kebimbangan meliputi perasaan kaum 'Aad. Mereka merasa ada kebenaran dalam dakwah yang disampaikan Nabi Hud. Namun disamping itu mereka tidak dapat menghentikan penyembahan berhala sebagai tuhan-tuhan mereka.
Kemudian mereka berkata, "Wahai Hud! Kami tahu tuhan kami telah menimpakan penyakit gila kepadamu. Sesungguhnya engkau adalah seorang pendusta".
Nabi Hud kemudian menyangkal perkataan mereka, "Wahai kaumku! Aku bukanlah orang gila. Aku adalah Rasul Allah, Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat Tuhanku. Apakah kamu tidak percaya dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki diantaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kaum sekalian diwaktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (dari pada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah itu supaya kamu mendapatkan keberuntungan".
Kemudian kaum 'Aad berkata, "Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar", (QS Al-A'raf: 69-70).
Demikianlah sebagian perbincangan antara Nabi Hud dengan kaum 'Aad yang tetap mendapatkan penolakan dari kaum 'Aad meskipun Nabi Hud telah memberikan penjelasan tentang bukti-bukti kekuasaan Allah SWT.
Turunnya Azab Untuk Kaum 'Aad
Nabi Hud telah lama berdakwah kepada kaum 'Aad, namun kaum 'Aad tetap menolak ajaran yang disampaikan Nabi Hud dan memilih untuk tetap berpegang teguh pada agama nenek moyang mereka. Mereka menyembah tuhan-tuhan berhala sehingga Allah menurunkan azab bagi mereka. Dimulai dari kemarau yang panjang menimpa wilayah mereka. Tanah menjadi kering dan tanaman tidak bisa tumbuh subur. Hewan ternak mereka pun banyak yang mati karena kelaparan dan kehausan. Kehidupan kaum 'Aad menjadi sulit. Kemudian Nabi Hud kembali datang kepada mereka dan meminta kaum 'Aad agar segera memohon ampunan kepada Allah SWT. Namun mereka menolaknya dan tetap menyembah berhala. Mereka masih meyakini dan menaruh harapan kepada tuhan-tuhan berhala agar menolong mereka dari bencana kekeringan yang melanda mereka. Kemudian Allah menurunkan azab lagi bagi mereka. Awalnya kaum 'Aad saat itu melihat sesuatu yang bergumpal-gumpal berwarna hitam. Mereka mengira bahwa itu adalah awan hitam yang akan menurunkan hujan. Mereka bersorak bahagia dengan apa yang mereka kira itu. Namun Nabi Hud telah mengetahui bahwa itu adalah pertanda akan segera datang azab Allah. Oleh karena itu, Nabi Hud kemudian segera mengumpulkan para pengikutnya.Setelah gumpalan-gumpalan hitam itu semakin mendekat, akhirnya mereka mulai menyadari bahwa itu bukanlah awan mendung. Dengan tiba-tiba angin kencang menggulung kaum 'Aad sehingga banyak diantara mereka yang terlempar ke udara hingga seluruhnya binasa. Hanya Nabi Hud dan para pengikutnya saja yang selamat. Kisah ini pun diabadikan dalam beberapa surah Al Quran, yaitu:
"Dan juga pada (kisah) 'Aad ketika kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan satu pun yang dilaluinya, melainkan dijadikannya seperti serbuk", (QS Adz-Dzariyat: 41-42).
"Sesungguhnya kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus, yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pohon kurma yang tumbang", (QS Al-Qamar:19-20).
"Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus, maka kamu lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal diantara mereka", (QS Al-Haaqqah: 6-8).
No comments